Kumpulan Cerpen Kompas

arsip cerita pendek kompas minggu

Posts Tagged ‘Sori Siregar

Kimpul

with 49 comments

Awan hitam merangkak pelan. Awan seperti itu setiap hari mengancam pada musim hujan dan merupakan isyarat tak lama lagi hujan akan mencurah deras. Curah hujan belakangan ini memang tinggi. Banjir dan genangan air kemudian menyusul di beberapa tempat.

Kimpul belum bergerak dari tempat duduknya. Sejak pukul delapan pagi hingga pukul dua belas tengah hari itu belum seorang pun singgah dan meminta jasanya. Biasanya, ia baru bergerak setelah hujan rintik-rintik turun dan berlari jika rintik-rintik air itu bertambah besar. Terkadang ia terpaksa siap untuk basah kuyup karena hujan deras mendadak turun tanpa memberi kesempatan kepadanya untuk berlindung di tempat berteduh.

Baca entri selengkapnya »

Written by tukang kliping

20 November 2011 at 08:00

Ditulis dalam Cerpen

Tagged with

Pilihan Sastri Handayani

with 64 comments

Begitu Sastri selesai membaca berita dan keluar dari studio, Barbara juga keluar dari cubicle—ruang operator tempat Barbara sebagai produser mengawasi karyawan yang bertugas menyiar—dan menyambut Sastri dengan tersenyum.”

”Sastri,” katanya dengan suara lembut. Nama Nicosia harus dibaca dengan tekanan suara pada ”si” bukan pada ”co”. Jadi Nicosia dibaca Nico’sia bukan Ni’cosia.

Sorry for the mistake, Barbara,” Sastri menyahut.

”Ok. No problem,” sahut produser yang berasal dari Australia itu.

Baca entri selengkapnya »

Written by tukang kliping

19 Juni 2011 at 14:51

Ditulis dalam Cerpen

Tagged with

Foto

with 3 comments

Gelap datang menyungkup. Lampu padam tiba-tiba. Sepi di luar rumah karena hanya sesekali kendaraan bermotor lewat. Kegelapan seperti ini merupakan hal biasa bagi kota kecil yang terletak di kaki gunung itu.

Timisela memanggil istrinya agar menyalakan lilin. Foto yang sejak tadi dipegangnya dimasukkannya kembali ke dalam map dan diletakkannya di atas meja. Istrinya yang kemudian datang dengan membawa lilin menyala di tatakan gelas, menatap suaminya yang menyandar di kursi.

”Masih menatap foto itu lagi?” istrinya bertanya. Timisela tidak menjawab. Ia memilih berdiam diri karena pertanyaan seperti itu telah puluhan kali didengarnya.

Baca entri selengkapnya »

Written by tukang kliping

22 Maret 2009 at 21:00

Ditulis dalam Cerpen

Tagged with

Apalah Nama

with 8 comments

Rekan-rekan sekerjanya menyebut namanya Syahbudin Tip. Syahbudin tidak keberatan dengan nama barunya itu. Bahkan, ia lebih menyukai nama Syahbudin Tip daripada Syahbudin Geming, namanya yang sebenarnya.

Rekan-rekannya memberi nama tersebut bukan tanpa alasan. Di restoran tempat mereka bekerja, hanya Syahbudin yang paling sering menerima tip dari para pengunjung. Dalam soal tip ini, Syahbudin-lah yang paling beruntung jika dibandingkan dengan teman-temannya. Mungkin, keberuntungan itu diperolehnya karena para pengunjung restoran terharu melihat wajahnya yang memelas itu. Sejak lahir wajahnya memang seperti itu.

Karena hanya Syahbudin yang menerima sebagian besar tip dari pelanggan, pengelola restoran membuat peraturan agar tip yang diterima setiap petugas dimasukkan ke kotak kaca yang tersedia di samping kasir. Setiap hari, pada saat restoran akan ditutup semua uang tip tersebut akan dibagi rata dengan semua petugas restoran. Langkah ini dianggap paling adil untuk setiap karyawan.

Baca entri selengkapnya »

Written by tukang kliping

12 Oktober 2008 at 11:14

Ditulis dalam Cerpen

Tagged with

Fibriliana

with 4 comments

Sambil menatap ke langit-langit kamar di hotel kecil yang dihuninya di Snag, Fibriliana, yang biasanya dipanggil Fibri oleh teman-temannya, menarik kembali masa lalunya ke hadapannya.

Sebuah bencana dahsyat telah merampok semua anggota keluarganya. Ayahnya, ibunya, dan ketiga adiknya, Fitri, Ima, dan Syahrul. Ia tidak mungkin lagi menangis karena air matanya telah terkuras habis. Ratusan ribu orang lainnya juga hilang tak tentu rimbanya dan tidak diketahui di mana makam mereka. Sebuah masa lampau yang sangat menyakitkan dan meninggalkan luka menganga yang sangat lebar.

Baca entri selengkapnya »

Written by tukang kliping

8 Juni 2008 at 08:34

Ditulis dalam Cerpen

Tagged with

Dubuque

leave a comment »

Di Bandara Cedar Rapids ia tenggelam dalam kebingungan. Ke mana? Jadi bekerja sebagai asisten manajer makanan siap saji restoran Roy Rogers di Des Moines atau membantu radio pendidikan di Dubuque? Mengapa tidak pulang saja ke Tanah Air dan mencoba mengadu nasib di sana?

Agel masih memiliki banyak waktu untuk mengambil keputusan karena tiket pesawat terbang belum dimilikinya. Namun, keputusan itu yang sukar diambil. Ia ingin pulang dengan alasan sederhana, home sick. Tetapi, sebagai permanent resident yang telah dua belas tahun di negeri ini, keinginannya untuk pulang hanya dengan alasan home sick adalah keinginan yang kekanak-kanakan, karena status sebagai permanent resident-nya bukanlah status yang diperoleh dengan mudah. Sayang, apabila status itu dilepas begitu saja.

Baca entri selengkapnya »

Written by tukang kliping

24 Februari 2008 at 12:39

Ditulis dalam Cerpen

Tagged with

Mercusuar

with 2 comments

Debur ombak sama sekali tidak terdengar. Hanya suara desir air mencapai bibir pantai yang sayup-sayup sampai ke telinga. Laut ramah dan bersahabat. Pagi yang menyenangkan bagi banyak orang yang bermain-main dan mandi di pantai.

Ian naik speedboat dua jam untuk sampai ke Teripang,” ujar Lilian kepada ibunya yang duduk di kursi malas di sampingnya di halaman hotel di pinggir pantai itu. Teripang adalah nama sebuah mercusuar di sebuah pulau kecil yang jaraknya puluhan mil laut dari tempat mereka duduk.

“Lalu kamu masih ingin pergi ke merkecusuar itu lagi?” Moira bertanya kepada anaknya Lilian.

“Ya, Mama. Ada kenikmatan tersendiri ketika berada di sana, di tengah laut, di sebuah pulau kecil dan jauh dari aktivitas manusia lain.”

“Mmm.”

Baca entri selengkapnya »

Written by tukang kliping

4 November 2007 at 13:06

Ditulis dalam Cerpen

Tagged with