Archive for Maret 2010
Ada yang Menangis Sepanjang Hari…
Tangisan itu seperti kesedihan yang mengapung di udara. Menyelesup ke rumah-rumah kampung pinggir kota itu. Karena hampir setiap hari mendengar orang menangis, maka para warga pun tak terlalu peduli.
Tapi ketika sampai malam tangis itu terus terdengar, sebagian warga pun menjadi mulai terganggu. Tiba-tiba saja tangis itu seperti mengingatkan pada banyak kesedihan yang diam-diam ingin mereka lupakan. Tangis itu jadi mirip cakar kucing yang menggaruk-garuk dinding rumah. Bagai mimpi buruk yang menggerayangi syaraf dan minta diperhatikan. Beberapa warga yang jengkel langsung mendatangi pos ronda.
”Siapa sih yang terus-terusan menangis begitu?!”
Balada Sang Putri di Gubuk Hamba
Senja warna kencana ketika putri jelita itu tiba di pesanggrahan hamba. Tiga angsa seputih bunga kamboja mengiringinya.
Angsa-angsa ini tak mau kutinggal di puri. Selalu ingin mengikutiku ke mana pergi,” ucapnya.
Harum cempaka merekah dari langsat kulitnya. Bibir tipisnya mirah delima. Angin cemburu tak mampu mengurai hitam rambutnya. Hamba terpana pesona di hadapan hamba. Gerimis merah muda mengurai cuaca di kesunyian pesanggrahan.
Bayi
Begitu pintu mobil terbuka, suara itu langsung menyergap telinga. Dan itu aku katakan padamu.
Suara? Suara apa?” katamu sambil mengangkat kepala tinggi-tinggi, mencoba menemukan suara yang kumaksud.
Aku berkeras, memaksamu mendengar, tapi sekali lagi kau bilang, kau tak dengar apa-apa. Lalu kita masuk rumah. Menyalakan lampu. Mandi. Duduk di ruang tamu. Berhadapan. Diam. Aku tetap mendengar suara itu. Melengking.
Obsesi
Kamu pikir aku tahu bentuknya seperti apa, mengingat kini aku menggelepar ingin bebas dari cengkeramannya. Tapi aku tak bisa lepas; terseret jauh ke dalam rongga hitam yang mengisap raga dan jiwaku secara paksa, lebih kelam dari mimpi burukmu, lebih merah dari kucuran darahmu.
Kamu takkan mengerti. Tak ada orang yang mau mengerti. Sudah, jangan dengarkan celotehanku ini. Toh, semua orang sudah berhenti mendengar—kecuali Dr Pana.