Kumpulan Cerpen Kompas

arsip cerita pendek kompas minggu

Archive for Maret 2011

Tradisi Telur Merah

with 37 comments

Kau tak hendak menghitung. Namun, tahun-tahun yang melintas itu setiap kali mengucapkan salamnya kepadamu. Seolah pamit sembari menerakan jejak yang melekat di dinding ingatanmu.

Nyaris sembilan tahun terlalui. Belum satu dasawarsa, tetapi bukan rentang waktu yang sebentar untuk sebuah penantian. Berapa lama lagi? Masihkah tersisa ketabahan untuk menjalani rentang masa yang tak terkira itu?

Kau sapukan lap basah pada bingkai jendela, menyeka debu yang melekat di sudut-sudutnya. Selalu ada sisa debu meski kau bebersih tiap hari. Akankah tabahmu serupa debu? Selalu ada tiap hari, tertebar di segala sudut? Kau tak tahu.

Adalah melahirkan, yang menjadi angan pertamamu saat laki-laki itu meminangmu. Kau lamunkan dirimu sedang menyusui bayimu sembari bersenandung saat suamimu rebah di dadamu. Bahwa akan kau kisahkan seribu dongeng pada anak-anakmu, pengantar tidur setiap kali kau akan terlelap dalam dekapan hangat suamimu.

Baca entri selengkapnya »

Written by tukang kliping

27 Maret 2011 at 12:50

Ditulis dalam Cerpen

Tagged with

Mar Beranak di Limas Isa

with 48 comments

Ada sebuah hikayat yang hendak aku terakan, tentang Bi Maryam istrinya Mang Isa. Perempuan yang telah melewati usia kepala empat, tetapi masih saja rajin beranak. Baiklah, untuk menuntaskan keingintahuan yang telah bersarang, kita buka saja cerita ini.

Oya, sebelumnya kita buat kesepakatan: Untuk memudahkan aku bercerita, kita singkat saja nama Bi Maryam menjadi Bi Mar, tersebab lidahku agak sulit menyebut namanya bila kuucapkan secara panjang. Jadi ketika aku menyebutkan nama Bi Mar, kau pahamlah kalau yang kumaksud adalah Bi Maryam istrinya Mang Isa, lantaran sangat banyak Bi Mar di dusun Tanah Abang.

Baca entri selengkapnya »

Written by tukang kliping

20 Maret 2011 at 09:35

Ditulis dalam Cerpen

Tagged with

Malam di Kota Merah

with 30 comments

Malam. Malam yang dingin. Angin seperti menghunus pisau dan mengiris setiap inci kulit waktu. Pisau berkilat di mataku. Pisau yang sesungguhnya terarah dengan tepat di antara dua kening.

Cepatlah, sebelum tangan ini lepas dari kendaliku! Teriak lelaki itu dalam getaran yang hebat. Aku tak tahu apakah ia marah atau gentar. Suara keras, namun runtuh sebagai kemurungan. Aku mengambil dompet dan kuserahkan dengan gemetar pula. Ini masalah nyawa, Bung. Satu-satunya. Bukan kematian yang kutakutkan, namun janjiku untuk menemui seseorang tengah malam ini, membuatku tak mungkin mengambil resiko untuk mencumbui ketajaman pisau dan liar kegelisahan di sepasang mata yang nampak mulai berair itu. Ia menangis. Sungguh. Tangisan apa pula yang mengalir deras dari seorang perampok.

Baca entri selengkapnya »

Written by tukang kliping

13 Maret 2011 at 22:24

Ditulis dalam Cerpen

Tagged with

Laron

with 45 comments

Sedari pagi hujan terus mericis. Hingga menjelang magrib baru liris, menjadi gerimis-gerimis tipis. Ketika langit mulai gelap, dan lampu-lampu rumah dinyalakan, hujan sudah sempurna reda. Satu dua laron mulai muncul dan berputar-putar mengitari lampu di teras rumah. Semakin lama semakin banyak. Bahkan, beberapa sudah mulai menghambur ke dalam rumah, melewati ventilasi dan celah-celah pintu jendela.

Tanpa sepengetahuan bapak, aku membuka pintu depan, sedikit, supaya laron-laron itu bisa masuk ke dalam rumah, dan bisa kuajak bermain dan berbincang-bincang. Tak kurang dari satu menit, laron-laron itu sudah memenuhi ruang tamu, dapur, dan kamar-kamar. Berputar-putar berebut cahaya. Sayap-sayap kecil mereka bertebaran di mana-mana bagai potongan-potongan kertas yang sengaja disemburatkan di pesta ulang tahun atau perayaan-perayaan.

Aku berteriak girang sambil meniupi sayap-sayap laron yang luruh ke lantai. Indah sekali. Aku membayangkan saat itu sedang hujan sayap, sayap peri. Tapi, tiba-tiba bapak muncul dari kamarnya dan berteriak-teriak. Aku mengkerut.

Baca entri selengkapnya »

Written by tukang kliping

6 Maret 2011 at 22:46

Ditulis dalam Cerpen

Tagged with