Serayu, Sepanjang Angin Akan Berembus…
”Sabarlah, tunggu sampai senja selesai. Dan kau boleh tak mencintaiku lagi setelah ini.”
Serayu, seindah apakah senja yang kau bilang mengendap perlahan-lahan di permukaan sungai sehingga tampak air yang hijau itu berangsur-angsur tercampuri warna merah kekuningan dan memantulkan cahaya matahari bundar lalu koyak karena aliran yang menabrak batuan besar dasar sungai? O Serayu, sesedih apakah perasaan seorang wanita yang melihat senja itu dari balik jendela kereta ketika melintas di jembatan panjang sebelum stasiun Kebasen?
Sepanjang angin akan berembus, selalu ada cerita tentang wanita kesepian, senja yang menunggunya dalam waktu yang serba sebentar, lalu keheningan pun terjadi meski sesungguhnya gemuruh kereta ketika melintasi jembatan itu bisa terdengar hingga ke batas langit, atau ke dasar sungai.
”Aku melihat senja, lalu memikirkanmu.” Ucap seorang wanita pada kekasihnya. Di sore yang cerah, di tepi jembatan kereta. Keduanya duduk menjuntaikan kaki ke bawah, menikmati embusan angin dan melihat kendaraan berlalu-lalang di jalan berkelok ke arah kota Purwokerto.
Di Serayu, panggung seperti disiapkan. Lelaki itu masih menunggu senja yang dimaksud si wanita. Seakan ia tak pernah melihat bagaimana bentuk senja semenjak ia lahir, meski tentu senja pernah melihat lelaki itu, entah di mana.
”Kamu tahu kenapa aku memikirkanmu setiap kali melihat senja?” tanya wanita itu.
Si lelaki tak menjawab, toh sebentar lagi pasti wanita itu menjawab pertanyaannya sendiri.
”Karena senja seperti dirimu, pendiam, tapi menyenangkan.”
Nah.
Serayu, serupa apakah kenangan dalam bungkusan senja yang konon lebih luas dari aliran sungai Gunung Slamet menuju pantai selatan itu?
”Aku tetap suka berada di sini meski kau diam saja.”
Begitukah?
Lelaki itu memang masih diam.
”Kalau tidak ada kamu, pasti senja membuatku merasa ditimbun kenangan.”
Sepanjang angin berembus, wanita itu terus berbicara. Tapi hari masih terang, burung-burung terbang rendah di atas mereka, tak beraturan. Belum waktunya pulang, beberapa burung kecil duduk di besi jembatan, kemudian terbang lagi. Senja belum datang, dan kereta juga belum datang.
”Benarkah ada kereta yang selalu datang ketika senja?” tanya lelaki itu. Mungkin ia gusar dengan keheningannya sendiri.
”Tentu saja.”
”Kereta apa? Kereta senja?”
”Ah, bukan. Jangan terlalu klise, Sayang.”
”Lalu?”
”Hanya kereta, dengan gerbong-gerbong penumpang seperti biasa. Itu saja.”
”Pasti ada namanya. Bahkan kereta barang yang mengangkut minyak pun ada namanya.”
”Ketel maksudnya?”
”Ya.”
”Kalau begitu, anggap saja ini kereta kenangan.”
Kenangan lagi. Seperti diksi yang luar biasa picisan, namun kadang sepasang kekasih bisa mengorbankan apa saja untuk sesuatu yang picisan, bahkan pembicaraan selanjutnya seperti tak akan menyelamatkan mereka. Kecuali waktu yang terus susut, jam terpojok ke angka lima. Tapi senja belum turun, belum ada kereta yang melintas di belakang mereka. Alangkah dekatnya mereka dengan rel kereta. Sehingga bisa terbayang jika kereta melintas pasti tubuh keduanya ikut bergetar karena roda besi yang bersinggungan dengan rel baja itu.
”Mungkin kita harus pindah tempat, sedikit menjauh.” Ucap lelaki itu
”Tidak. Dari sini kita bisa melihat senja.”
”Tapi ini terlalu dekat.”
”Tapi kalau kau pindah, nanti aku susah memikirkanmu dalam bentuk yang seperti ini.”
Tentu saja.
***
Serayu. Sungai besar yang teramat sabar, aliran air memanjang sampai ke penjuru ingatan, ke palung kehilangan, ke laut kasmaran. Sesungguhnya, ada banyak cerita di Serayu. Bukan hanya sepasang kekasih yang duduk di besi jembatan untuk menunggu senja, tapi juga kisah-kisah lain manusia, seorang lelaki yang mendayung perahu ke tengah demi mencari ikan, atau awah-sawah di kejauhan yang tampak menghampar dan hanya terlihat topi-topi petani. Semua itu adalah cerita. Tapi pemandangan Serayu, senja, dan sepasang kekasih mungkin akan menjadi cerita yang paling dramatis. Bisa saja sepasang kekasih itu pada akhirnya akan berpisah, tapi masing-masing dari mereka tak bisa menghilangkan kenangan ketika duduk berdua di jembatan Serayu untuk melihat sesuatu yang setengah tak masuk akal. Seakan-akan mereka sedang mengabadikan cinta dalam hitungan detik terbenamnya matahari. Lalu pada suatu waktu si lelaki akan sengaja kembali ke tempat itu, duduk di sana, demi mengenang wanita itu. Meski mungkin si wanita tak kembali, sebab ia merasa tersakiti jika harus melihat senja di sungai itu lagi.
Tetapi, kereta akan tetap melintas, tepat ketika senja, ketika matahari bundar di ujung sungai yang luasnya sekitar 300 meter.
Ya, sebentar lagi, sebuah kereta penumpang akan melintasi sungai itu. Serayu. Sungguh nama yang romantis, seorang masinis yang bertugas di kereta itu sedang membayangkan kereta yang dikemudikannya sebentar lagi melintasi jembatan, lalu ia akan membunyikan peluit lokomotif keras-keras, nguooongngng, hingga ia pun teringat dengan kekasihnya di masa lau; seorang wanita penggemar kereta dan senja.
”Aku ingin kelak kau menjadi masinis, dan membawa kereta yang melintasi Sungai Serayu tepat ketika senja.”
”Kau ingin aku jadi masinis?”
”Ya.”
”Artinya aku akan selalu pergi.”
”Aku masih bisa memikirkanmu.”
”Jadi, cinta sudah cukup sempurna jika kita masih bebas memikirkan orang lain?”
Sepanjang angin akan berembus, pertanyaan seperti itu seolah tak ada gunanya.
Kereta terus melaju, sudah jauh meninggalkan stasiun Notog, memasuki terowongan, lalu menebas hutan yang penuh dengan pepohonan pinus. Baru saja kereta melintasi jalan raya, yang artinya semakin dekat dengan Serayu. Masinis itu tak mengurangi kecepatan, sesaat ia menoleh lewat jendela, melihat ke gerbong-gerbong di belakangnya. Bukan gerbong senja, tentu saja, bukan pula kereta kenangan seperti yang dinamai kekasihnya di masa lalu. Ini hanya kereta biasa.
Jembatan sudah terlihat di kejauhan. Masinis itu perlahan menarik rem, sedikit mengurangi kecepatan di tikungan terakhir sebelum melintasi sungai Serayu. Dan beberapa saat kemudian, tampaklah hamparan hijau itu, juga perasaan yang tak ada maknanya lagi.
”Sepanjang angin berembus, akankah kau merindukanku?”
Ah, rindu memang seperti paksaan. Ketika kereta semakin dekat ke jembatan Serayu, si masinis melihat sepasang kerkasih yang sedang duduk di salah satu sudut jembatan itu, mereka melambai ke arah kereta, seakan tak pedulidengan kebisingan mesin lokomotif dan suara roda yang bergesekan dengan rel serta besi jembatan. Masinis itu membalas lambaian mereka. Sementara di bagian bagian kanan, warna merah pada langit dengan lapisan awan tipis membentuk garis-garis menggumpal yang artistik dengan warna merah saling tindih.
Masinis itu tertegun, seperti itukah senja yang dahulu pernah didambakan kekasihnya?
Namun belum selesai kekagumannya, tiba-tiba kejadian aneh terjadi, mesin lokomotif kereta itu mendadak mati, tenaga menurun drastis, kereta pun berangsur-angsur mengurangi kecepatan dan akhirnya berhenti tepat di tengah jembatan, tampak dari barisan jendela, para penumpang di dalam gerbong terkejut, penasaran ada apa, mengapa berhenti di tengah jembatan. Apakah kereta tertahan sinyal masuk sebuah stasiun? Atau ada kejadian luar biasa di depan? Tapi kadang kita tak butuh jawaban untuk sebuah kenangan yang magis, bukan? Kereta itu, barangkali pernah memiliki kekasih pula, yaitu kereta lain yang selalu mengingatkannya tentang senja di mana pun ia melaju, agar berhenti sebentar untuk mengingat ucapan kekasihnya:
”Sabarlah, tunggu sampai senja selesai. Dan kau boleh tak mencintaiku lagi setelah ini.”
Notog – Kebasen, 2012
Great 🙂 Sekarang si kekasih masinis Itu ke mana ya?
Isti Subandini
13 Agustus 2012 at 14:57
Bukannya anda si kekasih masinis itu? Wkwk
Mbah Noto
29 Juli 2019 at 02:56
Apa yang diinginkan penulis dengan cerpen ini, saya tidak bisa menerima pesannya?
berrybudiman
13 Agustus 2012 at 17:11
saya juga. engga jelas… apa maksudnya.
sahaja
14 Juli 2013 at 16:10
tapi saya baca lagi,… kena juga feelnya sih…. sebenernya penulis ingin mengekspresikan ‘kenangannya’, atau ‘kesannya’ tentang keindahan sungai serayu,… yang mungkin memang benar-benar magis dan kaya akan ‘sense’….
bener jg kt angga : “yg pernah lihat indahnya senja di serayu, pasti terpana jg dgn cerpen ni
buat yg ga dpt feel d cerpen ni, saya sarankan utk brkunjung ke serayu, trus bca lg crpenya”….
tujuan penulis adalah membuat pembaca penasaran dan ingin merasakan juga sensasi keindahan serayu yang engga cuma keindahan lansekapnya semata, melainkan plus kenanangannya…. may be…. he he….
sahaja
14 Juli 2013 at 16:23
Saya nggak paham dengan ceritanya, agak membosankan dan membuat kepala pusing.
welli
13 Agustus 2012 at 21:13
saya juga tadinya gitu mba… tapi setelah coba baca pake hati, kena jg feelnya ko… ternyata cerpen ini ‘toch’ juga…
sahaja
14 Juli 2013 at 16:25
Suka banget 🙂 senja yang bermakna
arfika
13 Agustus 2012 at 21:30
Reblogged this on arfika's sphere and commented:
Dan, kau boleh tak mencintaiku lagi setelah ini 🙂
arfika
13 Agustus 2012 at 21:37
Pesan cerita ini jadi ngambang krna jaln ceritany datar, endingny kurang greget.
Nar
15 Agustus 2012 at 11:18
Selamat
Omo
15 Agustus 2012 at 12:22
ceritanya mengingatkanku pada sebuah desa dekat jembatan kebasen,(kedungrandu)
suara keretanya adalah salah salah satu yang membuat aku selalu teringat saat akusedang mengobrol gak jelas.tapi begitu asyik tepatnya,tahun 2008,suara keretanya menyelinap ditengah-tengah candaan kala itu,dibawah pohon rambutan didepan teras rumahnya,yang selalu bersih,ingin sekali kembali,,
yopi winanto
24 Agustus 2012 at 20:37
Kisah asmara yg tidak menarik, dengan teknik yg biasa saja deh ih
HeruLS
6 September 2012 at 20:09
Indah.
Woofrick
10 September 2012 at 19:20
Di baca berulang jg gak ngebosenin,haduh cerpenmu Ga,menginspirasi laki-laki untuk menjadi pecinta yang sederhana.
idii
12 September 2012 at 02:58
Kurang paham tentang ceritanya ,tapi kata²nya keren ,mau nanya amanat dari kisah ini tu apa ya ?
Egi oktavia
12 Oktober 2020 at 12:43
”Sabarlah, tunggu sampai aku selesai membaca. Dan kau boleh tak mencintaiku lagi setelah ini.”
Tapi ternyata aku tak pernah selesai membaca cerpen ini. Maaf. Dan kau boleh tak peduli lagi setelah ini.
Panca
12 September 2012 at 04:35
selalu ada KA, cinta dan warna merah cinta, uf, merah jambu. selamat.
fafang
12 September 2012 at 09:18
”Sabarlah, tunggu sampai senja selesai. Dan kau boleh tak mencintaiku lagi setelah ini.”
kalimat magis
Hermin
21 September 2012 at 12:22
ini penulisnya siapa ya?
dewi
24 September 2012 at 17:19
Sungging raga
Hoho
6 Maret 2023 at 11:03
Nenek saya tinggal di desa Rawalo. Hanya perlu sekitar 5 menit dengan sepeda motor untuk mencapai jembatan kereta yang membelah sungai serayu seperti dimaksudkan di cerpen ini. Kenangan akan tempat di masa lalu memang indah, hanya saja saya yang kebetulan mengenal seting tempat di cerpen ini belum bisa merasakan kenangan akan tempat itu dalam cerpen ini.
widiantoindra
25 September 2012 at 21:45
Deskripsi dlm cerita memang lebih indah dari ‘aslinya’. Itu biasa, agar cerita mjd menarik. Hanya permainan kata-kata saja yang menjadikan cerita ini tampak lebih ‘indah’
fathurahman
27 Oktober 2019 at 09:51
mungkin maksud lebar sungai serayu 300m ya…bukan luas…
sepanjang angin berhembus …wawww puitis sekali …..
saif nh2
27 September 2012 at 19:58
berembus 😀
masHP
26 Maret 2021 at 10:37
Senja dan kenangan, satu paket yaa? 😀
Empat Sayap
30 September 2012 at 23:32
Serayu, pengen ke TKP..
Muhammad Sofyan Wiriatmadja
29 Oktober 2012 at 02:05
kekasih masinis skrg kmana ya
nugroho
29 Oktober 2012 at 02:56
jdi pngin nangis
nugroho
29 Oktober 2012 at 02:58
aq g ngrt apa yang ingin disampaikan si pencerita
Echae N'cute
8 November 2012 at 09:25
terharu bgt..suatu tempat n kejadian bs mbw kerinduan yg mendalam ttg masalalu.
nangis bacanya..
veronika
29 November 2012 at 09:26
yg pernah lihat indahnya senja di serayu, pasti terpana jg dgn cerpen ni
buat yg ga dpt feel d cerpen ni, saya sarankan utk brkunjung ke serayu, trus bca lg crpenya
angga
8 Desember 2012 at 14:08
awalnya agak ngobosenin, sulit dihayati, endingnya LUAR BIASA 🙂 selamat..
Nanda Najih H A (@Nanda_Najih)
25 Desember 2012 at 11:39
AKU SUKA BANGET CERITANYA,,,, JUGA CARA PENUIS MEMBINGKIS CERITA INI,,, KATA-KATANYA KEREN BGGEEEEEDDDDDDDDDDDDDDDDDDR
Rizkynya Ruang Bekas
11 Januari 2013 at 14:11
be a u ti ful….
Anara Prima Diamona
17 Januari 2013 at 11:11
Banyak kata yang menarik, puitis, magis. alur mundur-maju yang kurang tertata sehingga seakan alur cerita meloncat tak beraturan, sedikit sulit dicerna, tapi Serayu selalu mempunyai peranan penting untuk masyarakat sekitar.
arya
18 Januari 2013 at 03:37
Kurang greget,kurang berasa endingnya. . .
Tdak ada klimaks,ceritanya datar. . .
Tpi kata2 nya sangat sastra 🙂
adzieeinstein
25 Januari 2013 at 07:34
wooowww puitisss, jadi pengen ke Serayu, menikmati senja dari lokomotif yang melintas, mungkin dengan sang kekasih,, hmmmm
http://www.katumbiinoviana.blogspot.com
Katumbiri Noviana
7 Februari 2013 at 22:45
kata-kata memang ajaib. kita nggak akan pernah tau kemana mereka akan mencari maknanya. ia pandai meliuk-liuk, tak terduga, memberi rasa pedih, rindu dan terhibur.
Padahal hanya: “pada suatu sore hari di sebuah jembatan dengan sopir kereta dan sungai yang kebetulan bernama “serayu” di daerah Purwokerto.
kata-kata harus selalu ajaib, supaya cinta dan sifat manusiawi yang perasa itu menjadi lebih mendalam.
isnan sudiarto
13 Februari 2013 at 19:16
sang masinis melihat dirinya yang dahulu pernah duduk menikmati senja bersama sang kekasih ya??? 🙂
Yulianingsih
26 Februari 2013 at 15:34
Serayu,senja,dan,sepasang kekasih
nugroho
7 April 2013 at 23:29
Jelek, jelek, jelek,juelleeek….weekkkk.
amit amit jeleknya
18 April 2013 at 04:00
Yg ngmong jelek lg ptah hati yaaa?
darmono
18 April 2013 at 22:56
bagus sekali tatanan kata katanya, ga ngerti sm komentar org yg blg cerpen ini jelek. padahal bagus.
widya andika putri
19 April 2013 at 12:14
Sabarlah,tunggu sampai senja selesai,dan kau boleh menjelek-jelekan cerpen ini.
jendral soedirman
19 April 2013 at 19:35
Banyak kata yang menarik, puitis, magis. alur mundur-maju yang kurang tertata sehingga seakan alur cerita meloncat tak beraturan, sedikit sulit dicerna, tapi Serayu selalu mempunyai peranan penting untuk masyarakat sekitar.
DUNIA WANITA
23 April 2013 at 21:05
Penulisnya kok ga pernah balas comment sih
jendral soedirman
24 April 2013 at 15:59
cinta itu sederhana
akeran
27 April 2013 at 19:21
[…] Sumber : Cerpen Kompas (https://cerpenkompas.wordpress.com/2012/07/22/serayu-sepanjang-angin-akan-berembus/) […]
Cerpen : Serayu, Sepanjang Angin Akan Berembus… | Angga Etam Notes
7 Mei 2013 at 20:27
butuh 2 hari buat aku ngebaca cerita pendek ini. hahaha 😀
hipnoterapi surabaya
24 Juli 2013 at 14:31
kebasen, senja di sana memang memukau, bendungan sungai serayu diantara jalan dan rel kereta serta kenangan yang mengalir disana…. cerpen nya bagus kak,, 😀
fauziilham
30 Juli 2013 at 11:19
Yang belum pernah berkunjung ke Jembatan Serayu yang dimaksud, boleh sejenak berkunjung ke link ini >> https://dedysoelistijanto.wordpress.com/2012/11/30/bendung-gerak-serayu-edisi-krida-kantor/ meskipun tidak sempat memotret jembatan kereta-nya, namun tetap saja, indah sekali di sana.
Benar, ceritanya sangat sederhana, namun entah mengapa ketika membaca pertama kali, saya langsung merinding. Mungkin memang perlu berkunjung dulu ke sana baru bisa merasakan suasana magis yang sangat romantis.
Dedy Sulistiyanto
23 Agustus 2013 at 15:24
KEREN CUY mengingat kan ku akan purwokerto chox 19
choux 19
24 Agustus 2013 at 09:11
buat yang baca cerpen ini yang merasa kenal atau pernah melalui waktu atau pernah disinggahi oleh sebuah nama choux 19 mohon berikan kata katamu
choux 19
24 Agustus 2013 at 09:14
Serayu itu indah! membuatku selalu ingin melihat dari balik kaca jendela kereta setiap melintasinya.. 🙂
Seperti kenangan..
roffesa reno
10 September 2013 at 01:06
kata-katanya sangat pelik. banyak unsur elegi didalamnya. saya suka cara menuliskan cerpenmu sungguh bisa diresapi. ya, memang. serayu itu indah. dan kata terdalam itu sya temukan pada kalimat “Kereta itu, barangkali pernah memiliki kekasih pula, yaitu kereta lain yang selalu mengingatkannya tentang senja di mana pun ia melaju, agar berhenti sebentar untuk mengingat ucapan kekasihnya:”Sabarlah, tunggu sampai senja selesai. Dan kau boleh tak mencintaiku lagi setelah ini.”
Misha Nurkhamisha (@imMishaKha)
4 Oktober 2013 at 17:06
setelah baca ini, saya menyadari kalau setiap benda mati mungkin juga ia punya belahan hatinya:). sangat inspiratif .
Misha Nurkhamisha (@imMishaKha)
4 Oktober 2013 at 17:09
Awalnya gak menarik.jadi males ngelanjutinnya….peace…\/(*-*)\/
anynomous
5 November 2013 at 14:30
kalimatnya menarik sih tak pasaran tapi endingnya datar
shita
20 Desember 2013 at 14:34
Datar. Main2 kata kering makna. Maaf sy lugas
Endro
4 Januari 2014 at 07:42
sedatar apa yang anda maksud?
Lel
21 November 2014 at 02:18
Keren….
Susana Ariyanti
18 Januari 2014 at 11:49
laki-laki itu ‘korban’nya kesekian ya. Dia tidak mencintai lelaki, dia hanya mencintai senja itu. siapa pun boleh menemaninya melewati senja itu dan pergi. seperti masinis itu.
Harya Bimo Bhimasena (@PapiDavin)
11 Februari 2014 at 08:59
saya suka sekali dengan gaya bahasa yang digunakan, nice story
Fachry Husaini
8 April 2014 at 09:58
wah,,,buat penasaran aj, tapi menarik kok..
jangan lupa kunjungi blog saya…
http://luapanhasrat.blogspot.com/2014/04/indahnya-nostalgia.html
luapanhasrat
9 April 2014 at 15:42
rada malas baca bagian tengahnya.. terlalu banyak prasa dan gak ngerti…knp jadi masinis yg diceritain dan di akhir cerita kenapa dugaan ke kereta yg punya kenangan yg sama….
tedja
27 April 2014 at 17:24
[…] Senja itu sunyi namun menyenangkan, bagi si wanita untuk menggambarkan kekasihnya yang pendiam. Serayu Sepanjang Angin Akan Berembus, juga akan banyak hembusan napas panjang saat […]
Review Simbiosa Alina | My Third Life
29 April 2014 at 11:11
PROMO BESAR-BESARAN OLIVIACLUB 100%….!!!!
promo oliviaclub kali ini adalah promo deposit akan mendapatkan bonus chip sebesar nilai deposit yang disetorkan
jadi untuk para pecinta poker oliviaclub yang sudah lama mendaftar ataupun yang baru melakukan register.. akan bisa mengikuti promo ini…
SYARAT DAN KETENTUAN
1.pemain dapat mengklaim bonus promo melalui live chat kami
2.pemain yang mengikuti promo tidak akan bisa melakukan WD sebelum turnover/fee/pajak belum mencapai 30 x lipat dari angka deposit.
3.minimal deposit untuk promo ini adalah Rp.50.000
maximal deposit adalah Rp.200.000
apabila ada pemain yang melakukan deposit diatas 200rb rupiah..
hanya 200rb yang akan di hitung untuk mendapatkan bonus
promo ini
4. apabila pemain melakukan deposit sebanyak 50rb akan
mendapatkan bonus 50rb.. dan apabila chip habis dan melakukan
deposit 50rb lagi maka harus menunggu selama 6 jam terlebih
dahulu sebelum dapat mengklaim bonus 100% dari
angkadeposit..
batas maksimal klaim bonus tetap max deposit 200rb per hari
5. klaim bonus promo berlaku 1×12 jam..
para pemain diharuskan mengklaim bonus sebelum bermain..jika
ada pemain yang melakukan deposit dan bermain..
baru setelah bermain mengklaim bonus..maka tidak akan dilayani
6.PROMO OLIVIACLUB ini dapat berakhir sewaktu waktu tanpa
pemberitahuan terlebih dahulu
7.keputusan pihak OLIVIACLUB tidak dapat diganggu gugat dan
mutlak
CARA MENGKLAIM BONUS PROMO :
1.setelah melakukan register dan deposit maka pemain harus melakukan login dan masuk ke menu memo,tulis subjek klaim voucher promo
2.admin OLIVIACLUB akan segera membalas memo anda dan
memberikan kode voucher.
3.setelah menerima kode voucher silakan menuju menu deposit
isi kan formulir deposit sebagaimana anda biasa melakukan deposit.
setelah itu pada kolom keterangan di menu deposit silakan anda tuliskan kode voucher yang telah diberikan
4.silakan gunakan jasa live chat kami untuk membantu anda dalam mengklaim bonus PROMO OLIVIACLUB
WARNING….!!!!!
apabila pemain belum melakukan deposit dan mencoba untuk mengklaim bonus.. maka id akan kami blokir/delete secara permanen.
transfer chip tidak di perbolehkan dan akan di tindak tegas
regallia soh
11 Juli 2014 at 01:56
[…] Sumber : Cerpen Kompas (https://cerpenkompas.wordpress.com/2012/07/22/serayu-sepanjang-angin-akan-berembus/) […]
Cerpen : Serayu, Sepanjang Angin Akan Berembus | Angga Tepian Notes
26 Juli 2014 at 01:07
klw saya sendiri tidak melihat tempat kejadian , yang di maksud seperti pembaca yang lain , serayu . tp lebih ke penyampian yang bisa kita ambil saat kita membacanya dengan hati .semua orang punya tempat kenangan indah , termasuk saya , kamu dan semua . Di mana kita akan teringat selalu saat kembali ke tempat itu sehabis kita tinggal lama . saat melihat tempat itu kita bisa merasa bahagia atau sedih . kita bisa meninggalkan tempat itu jauh tapi kenangan itu akan selalu teringat walau kita ke ujung bumi . mencintai seseorang di akhir senja ? kemudian meninggalkanya jauh . berpisah , bertahun – tahun , tp kenangan bersamanya tidak akan pernah terlupa . bahkan kereta apipun punya kenangan . benda mati berhenti sejenak untuk mengigat kekasihnya . bagaimana saya , kamu tidak memiliki kenangan di tempat terindah bersama orang yang kita cinta ? tapi itu hanya akan jadi kenangan saja .
terimakasi seseorang pria di sana yang sudah memberi kenangan indah . walau akhirnya tidak berjodoh . masih teringat jelas saya dan kamu selalu memakan bekal bersama di bawah pohon selama 4 tahun lebih . dan tempat itu jadi tempat terindah yang saya tau . di temapt itu banyak burung – burung yang cuma diam . mungkin dia sedang mengenang cintanya juga . yang dulu pernah bicara . jika kita selesai makan bekal ini . dan berdiri , lalu selangkah saling menjauh dari pohon . kita bukanlah orang yang saling mencintai lagi .
hyun as m
12 Oktober 2014 at 20:29
tentu saja. Serayu, kereta, jembatan, siluet jingga kemerahan, mereka akan berhenti bersama untuk bertemu. Membiarkan masing-masing dari mereka saling menatap dan membiarkan sang waktu datang menyudutkan pertemuan itu lalu semua akan kembali berjalan normal.
Lel
21 November 2014 at 02:14
ini cerpen karya sapa gan?
IN
17 Februari 2015 at 23:15
kurang gereget
junioranger
1 Maret 2015 at 18:47
Tulisan Mas Sungging Raga memang khas banget. Kalau belum pernah baca cerpen Mas Raga yang lainnya, cerpen ini seperti aneh. Apalagi dalam buku Sarelgas, keren abis.
Kumpulan cerpen Mas Raga.
Moh Imron
12 April 2015 at 11:52
Blog Mas Raga. https://surgakata.wordpress.com/
Moh Imron
12 April 2015 at 11:55
ini baru tulisan Mas Sungging Raga. memang yahud deh pkoknya.. salam semuanya./
Ilmu Bahasa
22 Mei 2015 at 22:48
Saya adalah penyuka senja, khususnya di serayu, awalnya hanya sebatas di bendung gerak serayu, namun melihat keindahan jembatan rel kereta, saya jd ingin mengunjunginya, terlebih setelah membaca cerpen “serayu sepanjang angin akan berembus” , kemudian tepat bulan maret 2015 saya mengunjungi jembatan tsb untuk mennanti senja, bersama kekasih saya yang kebetulan orang rawalo, dan benar saja feel nya dapet banget, persis seperti yang di ceritakan di cerpen tersebut, keretanya berhenti, namun berhentinya karena tertahan sinyal dr stasiun kebasen, tp semuanya bener2 indah bangetttt asli, dapet bgt feelnya kereeennnnn
Dede Aisyah
7 Desember 2015 at 00:49
love it ❤
Dzumrotul hasanah
5 Maret 2016 at 12:19
Aku suka cerpennya. Langsung terbayang senja di serayu
mzeinhanafi1909
13 April 2016 at 01:43
Reblogged this on Kumpulan Puisi Suara Hati.
Han-sangpencinta
30 Mei 2016 at 22:44
serayu dan senja itu
yuni
7 Juni 2016 at 10:11
[…] Serayu, Sepanjang Angin Akan Berembus (22 Juli 2012. Diarsipkan di buku kumpulan cerpen ‘Reruntuhan Musim […]
Cerpen: Nalea – surgakata.wordpress.com
20 September 2016 at 13:11
cerita ini mengandung kerinduan yg begitu mendalam,semoga kerinduan tidak hanya tinggal kerinduan,kelak esok matahari kan bersinar terang
MBAH NOTO
27 Oktober 2016 at 02:56
Atau mungkin penulisnya sedang mengalami kerinduan yg begitu dalam kali yaa..?
kwaakk..kwaakk..kwaakk..
MBAH NOTO
27 Oktober 2016 at 04:01
Keren
Rivi Lazuardi
3 Januari 2017 at 23:36
Membacanya aku jadi menangis karena teringat kekasihku, Linda, yang telah meninggalkann
ku!
Agus
20 Februari 2017 at 09:56
Tapi apakah Linda menangisimu?
Mbah Noto
22 Februari 2017 at 15:17
Keren banget, suka banget
penulis hampir selalu menghadirkan sungai serayu, senja dan juga kereta di setiap cerpennya
baguss puuoooll pokoknyaa
Terus Berkaryaa
wardahtul hidayah
4 September 2017 at 21:38
cerpennya menarik, dengan bahasa yang tumpang tindih menahan dan melepaskan udara dari kerongkongan. emosi coba dimainkan dengan halus. saya suka dan mengerti ceritanya dari awal membaca. Thanks buat tulisannya
Riyo Susanto
27 September 2017 at 00:02
Ceritanya bikin nyesek…baper…
Jo
27 Oktober 2017 at 17:48
MANIS, saya sangat menikmati nya
bahtiar
11 Juni 2018 at 07:25
Dalem. Tulisan dengan penjiwaan yang sangat utuh. Salut.
Wiwi Nurgiyanti
23 September 2018 at 21:05
Cerpenya bagus, saya sering lewat situ
Eddy
28 September 2018 at 17:32
Oh serayu…kenapa engkau sekarg tdk pernah banjir ikan spt yg dulu2…oh serayu…kemanakah rombongan2 ikan2 itu…yg mujair…tawes…gurame…kating…atau kalper…dimanakan rombongan2 kalian skrg?
Jo
24 November 2018 at 22:45
Dibuat linglung
Lita
16 Juli 2019 at 20:58
Linglung kenapa non?
Mbah Noto
29 Juli 2019 at 02:57
manis, saya suka ceritanya…
syo
9 Desember 2019 at 15:42
[…] with 73 comments […]
Arsip
2 Februari 2020 at 09:38
Cerpen ini memang mengedepankan ekspresi dan diksi yang romantis, bukan alur atau konflik. Jadi, untuk Anda yang selalu membaca dengan logika, ini bukan cerpen untuk Anda. Tetapi, kalau sudah paham esensi cerpen ini, bukan main, merinding luar biasa.
Midoriyaann
26 Juni 2020 at 07:57
Cerpen yg sendu menggambarkan kesenduan senja itu sendiri
Lol
22 Juli 2020 at 03:09
Siapa penulis cerpwn ini?
alfinurulhasanah
4 April 2021 at 19:33
Karya yang indah dan menarik. Menggugah “interpretasi” pembaca akan sentakan akhir cerita yang penuh tanda tanya. Saya penasaran. Semoga penulis bisa memaklumi interpretasi saya terhadap alur akhir cerita tersebut yang menurut saya justru berakhir dengan kesedihan yang mendalam atau justru ada suatu kejadian “tragis”. Ah… semoga saja tak berakhir seperti apa yang saya perkirakan.
Natha
17 November 2022 at 12:11