Kumpulan Cerpen Kompas

arsip cerita pendek kompas minggu

Archive for Desember 2008

Liang Harimau

with 3 comments

Karena pagi buta, tak ada yang tahu bagaimana peristiwa sebenarnya. Tapi seorang wartawan, yang mengutip keterangan polisi, menulis berita begini:

”… Pembunuhan itu terjadi sekitar pukul 05.00. Sadim baru bangun tidur dan tiba-tiba menusuk Rasikun. Dalam berita acara pemeriksaan oleh polisi disebutkan, Sadim kalap dan menusuk si majikan karena persoalan upah. Masih menurut polisi, Sadim, warga Kampung Cibeo, Desa Kanekes, Kabupaten Lebak, itu marah karena Rasikun menolak memberikan upah yang ia minta.”

Dan hari ini, enam bulan kemudian, untuk kesekian kalinya Sadim digiring ke ruang sidang. Seperti sidang-sidang lalu, wajah Sadim masih tampak terheran-heran, celingukan mencari-cari, atau kadang bagai termangu. Dan pakaian putih-putihnya yang lusuh—terlihat nyaris cokelat karena bekas-bekas tanah yang tak mau hilang; cara duduknya yang aneh—membungkuk dalam dengan dua tangan jatuh telentang bagai ditampungkan di pangkuan, melengkapkan kesan lelaki 40-an tahun yang menyebut diri urang Rawayan itu seolah tak berada di dalam ruang sidang.

Baca entri selengkapnya »

Written by tukang kliping

28 Desember 2008 at 06:13

Ditulis dalam Cerpen

Tagged with

Mawar di Tiang Gantungan

with 21 comments

Kuceritakan apa yang kulihat. Tapi kalian mengatakan aku dusta, karena aku buta. Aku memang tak punya mata. Namun berapa kali mesti kukatakan pada kalian, betapa aku bisa melihat langit yang hijau lembut dan halus seperti permukaan agar-agar. Aku bisa melihat pepohonan yang ungu, daun-daunnya yang kemerahan, butiran hujan yang bening keemasan hingga segalanya jadi tampak megah bekilauan setiap kali ia ditumpahkan. Bisa kulihat hamparan rumput yang biru bagai beludru, gugusan awan merah muda, bayang-bayang yang putih dan memanjang, juga angin yang pucat kelabu. Aku bahkan bisa menyentuhnya dengan ujung-ujung jemariku, seperti menyentuh kelembutan sutra yang berkibaran. Aku bisa melihat segala yang tidak mampu kau pandang dengan sepasang matamu.

Baiklah, untuk kesekian kali, kuceritakan pada kalian apa yang kusaksikan.

Baca entri selengkapnya »

Written by tukang kliping

21 Desember 2008 at 07:40

Ditulis dalam Cerpen

Tagged with

Guru Safedi

with 18 comments

Setelah menumpahkan kegundahan hatinya perihal kebutuhan keuangan dalam keluarganya, istri Safedi lalu beranjak dan duduk di depan pintu rumah. Kedua kakinya diluruskan ke depan. Tatapannya tertekuk ke bawah. Dari atas kursi ruang tamu, beberapa saat kemudian Safedi mendengar tangisan istrinya yang terisak.

Berhentilah menangis, Aisia. Jika ada orang lewat, malu kita,” kata Safedi.

”Biar saja. Biar orang tahu,” jawab istrinya.

”Tetapi, itu tidak baik. Apa kata orang nanti. Aku tidak mau kita menjadi buah bibir pembicaraan orang. Bersabarlah Aisia,” sambung Safedi.

Baca entri selengkapnya »

Written by tukang kliping

14 Desember 2008 at 11:36

Ditulis dalam Cerpen

Tagged with

Dua Beranak Temurun

with 6 comments

Bada ditinggalkan pinangan hatinya, lelaki paruh baya itu sangat suka mendongeng. Semua dongengannya pun memiliki potongan cerita menarik. Tak heran bila putranya sangat suka menajamkan telinga di sela-sela desauan angin yang memapas kisah dari bibir hitam yang berkerut merut itu.

Entah, yang didongengi pun tak tahu mengapa lelaki yang tampak beberapa tahun lebih tua dari usianya tersebut sangat suka melakukannya. Dalam setiap dongengannya, entah itu melankolis, romantis, atau epik; entah itu surealis atau absurd; entah juga itu tentang gadis, bujang, janda, duda, atau manusia-manusia yang hampir berbau liat; lakon-lakon yang baik-baik sifat, perilaku, dan tutur bahasanya, adalah seseorang bernama Jarun.

”Agar hidupmu tidak menggelambir noktah kelam, Nak.” Itulah yang diucapkan lelaki itu ketika anaknya bertanya mengapa ia sangat sering bercerita.

Baca entri selengkapnya »

Written by tukang kliping

7 Desember 2008 at 14:34

Ditulis dalam Cerpen

Tagged with