Kumpulan Cerpen Kompas

arsip cerita pendek kompas minggu

Posts Tagged ‘Yusrizal KW

Ngiang Kata Ibu

with 4 comments

Terdengar suara pintu digedor dari luar. Darahku mendadak naik ke ubun-ubun. Siapa sih sepagi ini ingin bertamu dengan sapaan yang kasar.

Kuintip dari balik gorden jendela nako yang segaris dengan pintu masuk. Seorang bertubuh gemuk, berkopiah, dan menyandang tas kumal melempar senyum.

Kubuka pintu.

“Ada apa ya, Pak?”

“Minta sedekah, Pak!” Aku kaget, bersambung dongkol. Suaranya keras, terdengar kasar. Tapi, ia tampak tetap tersenyum. Melihat tubuhnya, menurutku, tak pantas ia jadi pengemis.

Baca entri selengkapnya »

Written by tukang kliping

10 Agustus 2008 at 09:26

Ditulis dalam Cerpen

Tagged with

Pisau

with 6 comments

Rumah baru kami menghadap ke timur. Ketika pintu dibuka, setelah melewati pekarangan kecil dan teras, cahaya matahari masih bisa menjalar ke lantai dalam rumah.

Suatu sore, seorang tak dikenal mendatangi saya. Tubuhnya padat, tinggi besar. Kulit hitam, matanya memerah. Diam-diam saya perhatikan seluruh tangannya penuh tato. Tangan kiri tato ular naga yang menggeliat ke arah pangkal lengan, sedangkan di tangan kanan bergambar perempuan telanjang. Pipi kirinya, ada bekas luka sepanjang telunjuk, yang di pinggir-pinggirnya direnda dengan tato menyerupai kelabang.

Saya amati tamu ini hati-hati. Berkumis tebal. Kancing baju bagian atasnya ternganga. Dadanya bertato gunting menganga dan tengkorak kepala di tengahnya. Garis bibirnya yang tebal melengkung ke bawah. Sangar sekali kesannya.

”Mau ketemu siapa?” tanya saya lunak, kurang nyaman.

Baca entri selengkapnya »

Written by tukang kliping

7 Agustus 2005 at 10:04

Ditulis dalam Cerpen

Tagged with

Saku Suami

with 7 comments

Aini mestinya tersinggung ketika suaminya setelah hari pernikahan mereka berdua mengatakan, “Aku tidak suka istri pemeriksa saku suami. Kukatakan itu padamu, penting artinya!”

Tapi, Aini cuma menatap mata Warahum, suaminya itu. Ingin ia mengatakan, apakah aku seperti yang kau bayangkan dengan begitu buruk?

Dan, ketika menjalankan kehidupan berumah tangga, Aini memang tidak sekalipun berusaha untuk mengetahui, maksudnya merogoh isi saku baju maupun celana suaminya. Lagi pula, ia menganggap tidak penting. Namun, sesekali melintas juga pikiran curiga, tepatnya perasaan bertanya-tanya, apakah Warahum, suaminya itu, suka menyimpan sesuatu di sakunya. Misalnya pada dompet, bukan mustahil ada foto perempuan selain dirinya. Atau suaminya takut ia mendapatkan sejumlah uang, lalu mencurinya untuk keperluan yang hanya dirinya sendiri yang tahu. Atau suaminya tidak ingin ia tahu jumlah uang dalam saku suaminya.

Baca entri selengkapnya »

Written by tukang kliping

2 November 2003 at 11:45

Ditulis dalam Cerpen

Tagged with