Kumpulan Cerpen Kompas

arsip cerita pendek kompas minggu

Posts Tagged ‘Hamsad Rangkuti

Nyekar

with 15 comments

Nyekar

Pagi itu aku keluar dari kamar hotel. Aku menguap. Aku masih setengah mengantuk. Aku jalan pagi di kota kecil itu. Kutemukan sebuah tata kota lama khas Jawa, sebuah alun-alun di depan tempat kediaman resmi bupati, masjid tua di baratnya dalam cahaya redup sisa lampu, gereja tua di timurnya hampir tertutup rimbun pohon. Semua merupakan lambang raja-raja zaman dulu, kantor pemerintah daerah di selatannya merupakan lambang kompeni yang sekarang digantikan orang-orang yang pernah dijajahnya. Kurasa bangunan tua di pojok itu peninggalan Belanda dijadikan gardu listrik masih bangunan asli tulisan huruf Jawa masih tergurat di dindingnya. Aku menguap lagi. Aku masih setengah mengantuk. Mana rumah Jenderal Ahmad Yani, lalu rumah Jenderal Oerip Soemohardjo teman seperjuangan Jenderal Soedirman, yang mana rumah mereka? Untuk apa, hanya untuk tahu dan melihat saja, tak ada yang bisa kutanya. Tak seorang tampak menyertai jalan pagiku, kecuali kicau burung beterbangan di antara ranting pohon di sepanjang jalan. Aku masuk ke dalam berjalan di atas rumput. Basah embun kurasakan di telapak kaki.

Pagar beton mengelilingi dua batang pohon beringin di bagian tengah lapangan luas itu. Kudapatkan celah dari jeruji besi di atas bangunan tembok beton pagar, kuintip ke dalam ke batang pohon beringin, ada dua pancang tulisan nama pohon, Ki Soeryo Putro batang pohon di sebelahnya Ki Dewo Atmodjo. Kau harus masuk ke dalam kalau kau mau melihat namanya. Kalau kau melihat dari trotoar saja, kau hanya melihat rimbun pohon dan untaian akar udaranya seperti janggut kakek tua.

Baca entri selengkapnya »

Written by tukang kliping

27 September 2009 at 10:14

Ditulis dalam Cerpen

Tagged with

Si Lugu dan Si Malin Kundang

with 12 comments

Sekuriti kompleks perumahan mewah menghambat masuk orang tua dengan beban sepikul hasil bumi. Pintu gerbang tidak dia buka. Orang tua itu mengatakan dia berjalan dari stasiun kereta api mencari kompleks perumahan itu. Setandan pisang, dua ikat jagung, satu buah nangka masak, dan seekor ayam. Polisi lalu lintas melihat peristiwa itu dan menghentikan kendaraan roda duanya. Dia ingin tahu walau sebenarnya hal semacam itu bukanlah tugasnya.

Ada apa ini?” katanya sambil mendekat. Dia lihat orang tua itu meletakkan barang bawaannya di sekitar dirinya yang sangat letih. Ayam jantan itu menjulurkan kepalanya dari dalam sangkar anyaman daun kelapa menghirup udara segar.

Baca entri selengkapnya »

Written by tukang kliping

28 Oktober 2007 at 13:16

Ditulis dalam Cerpen

Tagged with

Gelombang yang Berlabuh

with 4 comments

Lempeng tektonik adalah batuan pegunungan yang padat, besar, dan kaku melakukan proses pembentukan corak topografi yang besar di muka Bumi. Bumi yang tampak padat ini sebenarnya terdiri dari beberapa lempeng tektonik membalut planet Bumi layaknya cangkang telur rebus yang merekah. Lempeng-lempeng tektonik ini secara berkesinambungan bergerak tanpa henti, mengalami proses perusakan dan pembangunan secara silih berganti, mendorong, menggilas, saling menindih.

Gerakan tunjaman dalam jarak waktu 200 tahun mencapai klimaksnya dan mendapat reaksi dari lempeng yang ditunjam. Itulah yang terjadi pada Minggu, 26 Desember 2004, pukul 07:58:53 di ujung Pulau Sumatera, tempat di mana dua lempeng tektonik bertemu, di dasar kerak samudra. Patahan (sesar) naik ditambah dengan kemungkinan gerakan bukaan atau rekahan lantai samudra menimbulkan gempa berkekuatan 9 skala Richter. Lantai samudra yang patah menyebabkan kestabilan air laut terganggu secara vertikal maupun horizontal. Serapan ruang kosong yang tercipta menyurutkan air di pantai. Kedua lempeng tektonik yang bergeser dalam prosesnya menyesuaikan keberadaannya kembali. Air samudra yang masuk ke dalam celah disemburkan kembali saat ruang menutup. Terciptalah gelombang besar setinggi puluhan meter menuju pantai, secepat pesawat B747, di saat orang masih banyak terlelap setelah melewatkan malam Minggu yang panjang.

Baca entri selengkapnya »

Written by tukang kliping

11 September 2005 at 09:48

Ditulis dalam Cerpen

Tagged with