Kumpulan Cerpen Kompas

arsip cerita pendek kompas minggu

Tart di Bulan Hujan

with 71 comments


”Ternyata harganya tiga ratus tujuh puluh lima ribu, Pak,” kata Sum kepada lakinya, Uncok.

”Barang apa yang kau bicarakan itu, kok mahal amat?” bertanya suaminya.

Lho, musim hujan tahun lewat dan sebelumnya juga, kan, saya bilang, Pak, roti yang diberi gula yang berbentuk bunga mawar itu harganya tiga ratus lima puluh ribu. Roti itu besar, cukup untuk satu keluarga dengan beberapa tamu. Tapi, sekarang naik dua puluh lima ribu,” Sum mencoba menjelaskan. Lakinya tetap tak paham. Ia menarik rokok sebatang dari bungkusnya dan mencoba menyalakan korek.

Ngerokok lagi,” tiba-tiba Sum sedikit membentak. ”Apa enggak bisa uangnya sedikit disimpan untuk tambahan beli roti.”

”Beli roti bagaimana?” Uncok gantian membentak. ”Kau ini edan, ya. Nyediain nasi aja susah, kok beli roti mewah kayak gitu. Itu makanan menteri, bupati, dan wali kota serta para koruptor. Tahu?! Kita makan nasi aja sama sambal…. Kamu itu mimpi….” Lakinya menegaskan.

Tiba-tiba sepi. Di langit ada mendung yang memberi sasmita akan hujan. Kilat sesekali menggebyar. ”Rumah kita masih bocor,” kata Uncok lagi sambil mendongak. ”Belum bisa beli plastik tebal penahan tiris. Kok kamu mikirin roti tart yang, buat kita, harganya triliunan rupiah. Edan kau itu!”

Sum diam. Tak mendengarkan omelan suaminya. Bayangan di depan matanya sangat jelas: tart dengan bunga-bunga mawar, dengan tulisan Happy Birthday. Betapa bahagianya anak yang diberi hadiah itu. Sum sendiri belum pernah mendapat hadiah seperti itu, apalagi mencicipi. Tapi, alangkah lebih bahagia ia jika bisa memberikan sesuatu yang dinilainya luar biasa, betapa pun belum pernah menikmatinya.

”Kurang beberapa hari lagi, Pak,” kata Sum memecah kesunyian.

”Apanya yang kurang beberapa hari lagi?” Uncok membentak. ”Kiamatnya apa gimana? Kita memang mau kiamat. Hakim, jaksa, polisi, pengacara, menteri, anggota DPR… nyolong semua. Dan kau malah mau beli tart lima triliun. Duitnya sapa? Nyolong? Tak ada yang bisa kita colong. Ngerampok? Kau punya pistol atau bedil? Enggak! Kau cuma punya pisau dapur dan silet untuk mengerok bulu ketiakmu….”

Sum tak menyahut. Pikirannya masih melanglang ke toko roti. ”Kita bisa naik bus Trans Yogya Pak, aman. Enggak ada copet. Pulangnya naik becak aja. Kita harus hati-hati bawa tart sangat istimewa itu, Pak. Ah, si bocah itu pasti seneng banget.… Kalau dia bisa seneng, alangkah bahagia diriku.”

Kedua tangannya dilekatkan pada dada dan membentuk sembah, menunduk. Tuhan, bisik Sum, perkenankan saya membeli tart untuk ulang tahun si anak miskin itu. Ia lalu menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Saking kepinginnya beli tart, seakan ia hendak menangis. Matanya terasa basah.

Kemudian hujan pun rintik-rintik. ”Naaah, mau hujan,” kata lakinya. ”Pindah-pindahin bantal-bantal. Jangan biarkan di situ, tempat tiris deras….” Uncok memberi komando. Sum tenang saja.

”Biarkan tiris membasahi rumah,” kata Sum. ”Itu rezeki kita: air,” sahut Sum.

Uncok tak tahan. ”Kamu kok semakin edan,” lakinya membentak. Malam merambat larut. Tidak diketahui dengan pasti apakah malam itu jadi hujan atau tidak.

***

Gagasan beli tart dengan bunga-bunga mawar itu sudah lama muncul di benak Sum. Dua tahun lalu. Waktu itu Bu Somyang Kapoyos, rumahnya di Surabaya, menginap lima hari di Yogyakarta karena urusan disertasi. Ia membawa putranya. Dan tepat satu hari kemudian, ia teringat ulang tahun anaknya. Cepat-cepat ia berganti pakaian, memanggil taksi dan meluncur ke toko roti Oberlin. Ia pun membeli tart ulang tahun dengan tulisan Happy Birthday dengan lima lilin menyala. Ketika kembali ke home stay, Sum, yang sedang menyapu lantai, melihat roti itu. Tergetar. Astaga, indahnya. Lilinnya menyala, seperti menyala dalam hatinya.

Aku harus beli tart itu, buat si bocah, saat ulang tahunnya di bulan hujan nanti, gumamnya.

”Berapa harganya, Bu?” tanya Sum.

”Tiga ratus lima puluh ribu,” jawabnya.

Astaga! Gaji Sum kerja di home stay hanya dua ratus lima puluh ribu sebulan. Kalau ada tamu, ia memang sering mendapat tip, tetapi cuma cukup buat beli soto Pak Gareng tiga ribuan. Ia masih harus memikirkan seragam anaknya. Suaminya, yang sopir bus, tak selalu bisa bawa uang cukup. Jalan makin padat. Motor jutaan memenuhi jalanan. Sering macet. Kadang harus cari jalan lain. Perjalanan makin panjang. Artinya bensin boros, padahal bahan bakar mesti dibeli sendiri.

Tapi aku harus beli tart itu, gumamnya. Buat si bocah. Di ulang tahunnya di bulan hujan. Ia bakal senang. ”Oh, enggak begitu mikirnya. Tapi gini: semoga ia senang. Tuhan, perkenankan ia senang menerima persembahan roti dari saya,” gumamnya lagi. ”Tuhan, saya butuh sekali bahagia dengan melihat si bocah bahagia.…”

”Di mana tokonya, Bu,” tanya Sum lagi.

”O, deket toko onderdil motor itu,” jawab Bu Somyang, ”Kamu mau beli?” tanyanya.

Sum mengangguk.

”Anakmu ulang tahun?” desak Bu Somyang.

”Buuukan anak saya, tapi kalau dianggap anak saya, ya enggak papa,” jawab Sum.

”Oooo, anak yatim piatu di panti asuhan yang kamu pungut?” Bu Somyang mendesak.

”Bukan, enggak,” jawab Sum.

”Ah, Sum aku tak paham. Tapi, aku ingin ingatkan kalau untuk anak-anak gelandangan, ya enggak usah tart kayak gini. Cukup beberapa potong roti santen apa roti bocongan atau roti teles yang seribuan ditambah minuman dawet. Itu pun tiap gelas cendolnya lima belas atau enam belas biji saja. Kalau anak-anak dibiasakan makan-minum yang mewah-mewah, kurang baik. Bisa tuman, ketagihan.”

Sum diam. Jantungnya terasa tertusuk oleh kata-kata yang diucapkan karena ketidaktahuan. Sum menunduk. Beberapa tahun silam pernah seorang penyair diminta berkhotbah di gereja. Ia berkata, malanglah dia orang yang tak tahu kalau ia tak tahu, hina dan sakit orang yang tak paham kalau ia tak paham. Kata-kata itu mendengung kembali di telinganya ketika ia menatap mulut Bu Somyang yang mengerikan.

”Aku harus membeli tart itu, apa pun yang terjadi,” gumam Sum. ”Apa pun komentar orang aku tidak peduli. Aku hanya ingin si bocah bahagia pada hari ulang tahunnya. Selama bertahun-tahun aku menyaksikan perayaan ulang tahun si kecil, belum pernah ada yang membawa tart. Padahal, kalau mau, mereka bisa beli. Kebanyakan tamu yang datang sedikitnya naik motor, malah ada yang naik mobil. Heran! Bagaimanakah pikiran orang-orang itu.”

Dua minggu setelah menyaksikan tart yang menggetarkan, Sum memutuskan menabung. Ketika dikonsultasikan, Ketua Lingkungan menyarankan agar Sum menabung di bank. Tapi, Pak Karta Wedang memberi tahu bahwa bank kadang-kadang tak bisa dipercaya. Uang para nasabah dibawa lari oleh petugas bank sendiri dan bank tidak bertanggung jawab. ”Oooo, gitu…,” kata Sum, ”Lalu, enaknya gimana, ya?” Pak Karta tidak menjawab.

Akhirnya, Sum memutuskan menabung di rumah sendiri. Ia merencanakan menyisihkan uangnya lima belas ribu setiap bulan. Kalau ia sukses lebih menekan kebutuhan, setahun, kan, seratus delapan puluh ribu. Dua tahun, kan, tiga ratus enam puluh ribu. ”Horeeeee! Dua tahun lagi, aku bisa beli tart buat si kecil. Dan masih sisa sepuluh ribu.” Hatinya bersorak-sorai….

Dan pada bulan hujan tahun ini, kegiatan menabungnya hampir genap dua tahun. Ia tak sabar lagi. Tapi, alangkah kecewa ketika ia menengok di toko roti Oberlin, tart yang dibayangkan sudah naik harganya. Ia sedikit lemas. Ia menjadi pucat. Dan pandangannya berkunang-kunang.

”Ada apa Bu, sakit?” tanya pelayan toko. Sum menggeleng. Ia berkeringat dingin. Punggung terasa sedikit basah, tetapi keleknya terasa basah sekali.

”Ibu mau beli roti?” desak pelayan toko.

”Ya,” jawab Sum sangat pelan hampir tak terdengar. Apalagi lalu lintas hiruk-pikuk.

”Mau beli,” pelayan mendesak.

”Iyaa,” jawab Sum. Pelan sekali.

”Yang mana?”

Sum menuding tart mahal itu.

”Haaah?” Pelayan toko kaget sambil memandangi penampilan Sum.

Sum lemas. Bagaimanapun masih ada kekuatan.

”Tapi tidak sekarang,” Sum menegaskan.

”Oooo, kamu disuruh majikanmu lihat-lihat harganya, begitu?” Sum menggeleng.

”Saya mau beli sendiri. Saya sudah menabung. Tart itu untuk si bocah.”

Pelayan toko tak paham, dan mulai curiga. Karena itu, dengan cara halus, ia menggiring Sum ke luar toko. Perempuan itu melangkah ke luar.

”Masih ada waktu,” gumamnya. ”Aku akan buruh nyuci di kos-kosannya Pak Nur Jentera. Pokoknya, bulan hujan tahun ini aku harus beli tart untuk si kecil. Aku ingin sekali merasakan bahagia ketika bocah itu bahagia. Kalau aku sudah berhasil membeli tart untuk si bocah, aku lega banget. Aku rela mati. Kalau yang aku lakukan dianggap keliru oleh sidang malaikat dan aku harus masuk neraka… ya enggak papa. Aku tetap bahagia di neraka. Ya, mati dengan bahagia sekali karena sudah bisa mempersembahkan roti tart di bulan hujan. Di minggu hujan. Di malam hujan,” gumamnya.

Tiba di rumah, ia langsung mengambil uang tabungannya yang disembunyikan di dalam lemari, di bawah pakaian. Kurang empat puluh lima ribu, gumamnya sambil menghitung uang receh. Ia ingat, ia harus membeli nasi buat anaknya, si Domble. ”Tapi kalau aku berhasil nyuci pakaian di kos-kosan Pak Nur Jentera, semua bakal beres. Slamet bilang, Pak Jentera baik banget sama orang duafa. Beda banget dengan Wak Zettep yang pelit banget dan tukang mempermainkan orang.” Sum menunduk. ”Tuhan, biarkan saya percaya bisa membeli tart untuk si bocah.”

***

Esoknya sudah mulai memasuki bulan hujan. Ia pun menghitung hari. Di lingkungannya, warga sudah sering kumpul-kumpul menyiapkan pesta ulang tahun. Di gereja banyak pengumuman tentang kegiatan menyongsong pesta itu. Sum tak pernah diajak. Alasan ibu-ibu kaya, Sum, kan, sibuk bantu rumah tangga sana-sini. Mana ada waktu buat gini-gini. Di samping itu, kalau ia diajak, Sum selalu merasa tak pantas duduk sama rendah berdiri sama tinggi dengan mereka. Sum selalu merasa dirinya orang duafa yang tempatnya di pinggiran.

Dengan senang Pak Jentera menerima Sum. Tampaknya, lelaki itu terpesona dengan cara kerjanya yang cekatan. Karena itu, tak ragu-ragu ia memberi Sum upah tambahan, bahkan boleh dikatakan setiap hari. Maka, sebelum saat pembelian tart tiba, di tangannya sudah ada uang cukup. Bahkan lebih. Sementara itu, Bu Jentera juga luar biasa perhatiannya. Sekali ia memanggilnya ke rumah.

”Kamu mau pesta apa pada natalan nanti.”

”Ah, enggak pesta kok, Bu, cuma mau beli tart,” jawab Sum.

”Tart? Tart? Siapa yang ulang tahun? Anakmu?” Bu Jentera kaget dan bertanya setengah mencecar. Tapi Sum tetap tenang.

”Bukan anak saya Bu, tapi kalau dibilang anak saya, ya enggak papa,” jawab Sum.

”Ooooooooo, anak pungut? Di panti asuhan dekat rumah Wak Zettep yang terkenal pelit itu?” Bu Jentera bertanya lagi.

”Enggak, bukan… dia anak baik-baik, sangat baik… cantik sekali, pandangan matanya menggetarkan,” jawab Sum.

”Ah, aku tak paham,” kata Bu Jentera.

Lho, kata-kata Bu Somyang di ulang di sini, gumam Sum.

”Tapi baiklah,” kata Bu Jentera lagi, ”kalau mau beli tart, ya, yang baik sekalian,” sambungnya.

Wuuuah, luar biasa ibu ini, kata Sum dalam hati.

”Nih, aku ngiur dua ratus ribu,” kata Bu Jentera sambil senyum sangat manis. Ya Tuhan, apakah Bu Jentera ini malaikat utusanmu, kata Sum dalam hati. Dengan gemetar Sum menerima uang itu. Tepat pada saat itu, Pak Nur Jentera tiba di rumah dari sepeda-an bersama persekutuannya. Ia langsung duduk dan mendengarkan cerita istrinya tentang rencana Sum.

”O, bagus, bagus,” kata Pak Jentera. Ia berdiri lalu tangan kanannya merogoh dompet di saku belakang.

”Mbak Sum mesti beli roti lain untuk tambahan. Kan anak-anak pasti akan datang, rame-rame. Nih, ada tambahan tiga ratus,” katanya dengan tenang. Sum hampir tak memercayai telinganya. Ya Tuhan, engkau begitu dermawan, jerit gembira hati Sum.

Hatinya bersorak-sorai. Ia pun lari ke Bapak Ketua Lingkungan menceritakan rencananya. Hujan pun turun, menderas.

”Apa boleh Bu Sum membawa tart masuk gereja, apalagi meletakkan tart itu di depan patung Kanak-Kanak Yesus di dalam Goa? Pak Koster pasti takut gerejanya kotor. Pastor paroki akan tanya, perayaan Natal dengan tart di depan Kanak-Kanak Yesus itu menurut ayat Kitab Suci yang mana, teologinya apa….”

Tanpa menggubris, Sum berangkat ke toko roti. Sebelumnya mampir ke rumah dulu, menemui suaminya, yang kebetulan tak nyopir. Uncok terdiam mendengar cerita Sum tentang Bapak Lingkungan. Sepi. Lama. Hati Uncok trenyuh. Laki itu merasa harus berbela rasa dengan istrinya. Apalagi ia membawa uang berlebih untuk beli seragam si Domble. Juga uang buat rokok.… Uncok, kemudian, mendekap istrinya.

”Selepas dari toko, pulang dulu,” kata lakinya. Sum tak bisa berkata apa-apa. Mulutnya terkunci. Keharuan mendesak paru-paru dan tenggorokannya. Suaminya berubah tiba-tiba.

”Tuhaaan, hebatnya dikau. Berangkatlah,” kata suaminya, ”Pulangnya mampir ke rumah dulu sebelum ke gereja.”

Di toko roti, pelayan-pelayannya memandang dengan sebelah mata. Mereka tak percaya Sum punya uang untuk beli tart hampir empat ratus ribu.

”Tidak masuk akal,” kata Tanpoting, pemilik toko roti itu. Ketika Sum akhirnya mengeluarkan uang lebih dari harga tart, baru mereka percaya.

Pukul setengah empat sore Sum tiba di rumah. Alangkah kagetnya dia melihat goa dengan Kanak-Kanak Yesus di dalamnya sudah disiapkan lakinya di tengah rumah. Patung kecil-kecil itu rupanya dipinjam dari asrama para suster.

”Mereka memperkenankan aku memakai ini semua,” kata suaminya. Sum tak bisa berkata-kata apa-apa. Kegembiraan meluap.

”Taruhlah tart di sini,” kata Uncok, persis di depan Kanak-Kanak Yesus terbaring. ”Nanti malam, selesai Misa Natal, anak-anak kita undang ke rumah ini merayakan ulang tahunnya. Tak perlu di gereja. Mereka akan menyanyi panjang umurnya, panjang umurnya, panjang umurnya serta mulia…. Lalu anak-anak akan menyantap tart. Biarlah rumah kita kotor, tapi ada senyum dan tawa meriah.”

Sum memeluk suaminya. Air matanya menetes karena haru. Persis hujan turun dengan sangat deras dan rumah sepasang merpati itu tiris di sana-sini, kecuali di atas tart. Seluruh rumah basah, lambah-lambah. Tapi, Sum dan Uncok tertawa terbahak-bahak sambil berpelukan. Si Domble pun ikut menari-nari sambil sesekali nyuri mencolek tart yang dibalut gula-mentega-cokelat yang lezat luar biasa. Patung Kanak-Kanak Yesus menatap mereka dengan senyum. Menjelang pukul sembilan malam, anak-anak langsung menyerbu rumah Sum dan Uncok selepas dari misa di gereja.

Mereka menari-nari di depan patung Kanak-Kanak Yesus dan tart. Kue-kue lainnya pun disiapkan. Anak-anak berebut membersihkan rumah yang basah dan kotor luar biasa.

Diam-diam Sum menatap pandangan mata anak-anak yang datang. Seperti bersinar, seperti bersinar… Sum berjongkok dan memeluk mereka satu demi satu. Sum tersedu karena haru dan bahagia….

Written by tukang kliping

18 Desember 2011 pada 13:30

Ditulis dalam Cerpen

Tagged with

71 Tanggapan

Subscribe to comments with RSS.

  1. biarlah RUMAH kita kotor yang penting disana ada kebahagiaan…

    mati muda

    18 Desember 2011 at 14:08

  2. Bagus, cerita yg sulit ditebak.. Hanya kurang greget..

    Watu lembu

    18 Desember 2011 at 14:26

    • Barangkali Pak Bakdi sedang mengangkat kembali tradisi lisan Jawa “rengeng-rengeng”, semacam senandung lirih atau gumaman pelan. Jadi memang alurnya tenang, diksinya berasal dari khasanah keseharian, dan tak ada artikulasi yang gegap-gempita. (Mungkin seperti impressionism dalam seni rupa?) Seperti kata “sasmita” (sekitar paragraf 6), cerpen ini bolehjadi adalah “sasmita” itu sendiri.

      peanut muffin

      25 Desember 2011 at 18:23

  3. Beginilah yang sebenarnya membuat cerpen; sebuah cerita yg sederhana tapi cara pegungkapannya mampu mengaduk-aduk perasaan pembacanya….

    Maturnuwun Pak Bakdi, sy banyak belajar dari cerpen ini….baik isi cerpennya maupun cara menceritakan cerpennya….Selamat merayakan Natal…

    RBM

    18 Desember 2011 at 14:35

    • kalo boleh saya tahu mengapa judulnya tart di bulan hujan ya?

      Hafiz Novialdi

      12 Januari 2015 at 20:15

  4. Bagus ceritanya

    lusia dini

    18 Desember 2011 at 17:38

  5. bagus,,,

    zuifa

    18 Desember 2011 at 20:04

  6. Ceritanya lumayan bagus, tokoh Sum selalu merasa tak pantas duduk sama rendah berdiri sama tinggi dengan mereka. Sum selalu merasa dirinya orang duafa yang tempatnya di pinggiran. sedangkan Tuhan Yesus tidak pernah membedakan tingkatannya atau martabat manusia. pengorbanan Sum bisa menjadi contoh pembaca untuk saling peduli dengan lingkungan sekitar atau tetangga yang kurang mampu terutama anak yatim piatu. karena Tuhan tidak akan membiarkan umatnya terjatuh, Dia selalu memberi saat kita inginkan meskipun terkadang tidak seperti yang kita inginkan. GBU ALL

    helda ardamis

    18 Desember 2011 at 20:19

  7. Maksudnya udah bagus, tpi cara penyampaiannya kurang menusuk 🙂

    Otong

    18 Desember 2011 at 20:35

  8. Aku suka cerpennya bagus..

    divamama123

    18 Desember 2011 at 20:58

  9. Tema lama sebenarnya. Saya pikir cara bertuturlah yang menjadi kunci cerpen ini, sehingga di dalamnya menjadi kisah yang kaya akan berbagai makna. Saya suka. 😀

    ariosasongko

    18 Desember 2011 at 21:26

    • Ya memang tema lama karena sekian puluh tahun yang lalu Kompas Minggu pernah memuat cerpen dengan tema yang sama oleh pengarang yang sama judulnya : Taart….taarrt….taarrtt….

      mulyonodulrahman

      3 Januari 2012 at 09:14

  10. Sebagai orang awam, cerpen ini bisa lebih bagus lagi. Bagian-bagian pesan moral kurang dipertajam deskripsinya (seperti ttg menabung 2 tahun, niatan, dsb). Kurang ada kejutan. Beralur seperti yang diduga. Tapi terimakasih atas inspirasinya. Saya jelas tak mampu menulis lebih baik dari ini

    mohmikir

    18 Desember 2011 at 22:56

  11. Memang, penulis berhasil membuat sy penasaran ingin segera tahu endingnya seperti apa. Penulis berhasil menyeret sy dari mula hingga ujung, dgn pertanyaan; siapa sih yg akan d kasih kue tart itu? Namun, sependapat dgn mas Otong, “pemaparannya kurang menusuk.”

    O'nol

    18 Desember 2011 at 23:08

  12. Sum berhasil menyampaikan pesan bahwa memberi dan berbagi tidak melulu dilakukan orang mampu. Siapapun jika mau, bisa berbagi dengan cara masing-masing. Dalam kasus Sum, ia begitu gigih berjuang untuk berbagi dengan yang lain dan membuat yang lain bahagia. Suatu sindiran buat saya yang hanya memikirkan kepentingan sendiri dengan dalih saya kurang cukup mampu.
    Sangat suka cerita ini. Dikemas dari ide yang sederhana dengan tujuan yang luar biasa.

    ratu masrana

    19 Desember 2011 at 05:15

  13. namanya tokohnya lucu2, terasa banget rasa mengejar-ngejar harapannya, meski bahasanya terkesan sederhana, dan endingnya manis seperti kue tart. manis sekali… 🙂

    itaita

    19 Desember 2011 at 08:41

  14. Tuhan pasti berikan yg terbaik…..bagi yg berseru kepadanya..Amin…Gbu all

    Boin Silalahi

    19 Desember 2011 at 11:31

  15. goodddd…………

    ngali mahfud

    19 Desember 2011 at 14:57

  16. aih indahnya 🙂

    nathalia

    19 Desember 2011 at 15:17

  17. hmm, sweet juga meski pun dg tema yang, yaa…. biasa2 saja dan selalu berulang di setiap mas. Manis. semanis tartnya.

    ASIHDEWA

    19 Desember 2011 at 15:22

  18. Mantafff…sebuah cerpen yg menarik hati sy…trima kasih kompas kau memberikan tart cerpen ini…disore yang sejuk ini…

    robay

    19 Desember 2011 at 17:53

  19. Salut untuk semangat Pak Bakdi. Yang muda, yang lebih muda, harus lebih bersemangat…

    Aba Mardjani

    19 Desember 2011 at 19:42

  20. ah sampe nangis bacanya 😦 terharuu..makna moralnya dalem banget,,tokoh Sum dgn kesabaran,keuletan&ketidakputusasaan mampu membuat hati suaminya terketuk..^^ iya crita yg maniz tuk menyambut natal..thx bwt penulis..sukses!!

    rosondang

    19 Desember 2011 at 23:47

  21. Cerita sederhana tapi dikemas luar biasa, terima kasih inspirasinya

    maya dewi kurnia

    20 Desember 2011 at 10:56

  22. bagus

    pardan

    20 Desember 2011 at 14:14

  23. Excelent, cerita penuh makna, banyak mengandung amanat tersirat. Cerita ini mmberi motivasi bagi saya semakin menguatkan dimana ada kemauan d situ ada jalan…

    Hilda hayati

    20 Desember 2011 at 19:22

  24. Cukup menggigit dalam suasana Natal. Mungkin ada yang terharu dan meneteskan air mata.

    Budi Susetyo

    21 Desember 2011 at 07:17

  25. pribadi sum yg rela berkorban demi kebahagiaan org lain, kisah ny sngat mnyentuh, mrinding deh ngebaca ini hahaha 😀

    Angga Robooth

    21 Desember 2011 at 07:52

  26. Ceritanya super sekali ,,,

    Ismi

    21 Desember 2011 at 13:57

  27. cap cus! okelah……

    Puska Tanjung

    21 Desember 2011 at 20:41

  28. BAGUSSSSSSS…………….

    pak pus

    22 Desember 2011 at 09:44

  29. Terimakasih buanyak kagem Pak Bakdi atas kemauan dan kemampuan panjenengan bercerita dan “menceritakan” cerita ini.
    Buat Tukang Kliping makasih juga.
    Pesan yang saya tangkap dari cerita ini, fokus pada mimpi yang dikejar dengan sepenuh hati akan membuahkan keindahan dan kebahagiaan, tapi memang kebahagiaan itu mahal harganya, karena tidak semua orang mendapatkan anugerah kebahagiaan ini.

    Selamat menikmati dan mengalami Natal
    Damai dan bahagia Natal melingkupi semua makhluk di bumi

    ~dit~

    kriwulan

    22 Desember 2011 at 20:46

  30. baaagguuuuusssss sekali bapa bakdi……anda memang berkualitas

    mulyonodulrahman

    23 Desember 2011 at 08:15

  31. Bagus dan Selamat atas dimuatnya.

    t4070ba

    23 Desember 2011 at 11:38

  32. lumayan deh

    cahya fajar

    23 Desember 2011 at 18:49

  33. Ceritanya bagus

    Khaerul Imam

    24 Desember 2011 at 12:57

  34. cerpen ini sangat bagus,karena penulis mampu mendeskripsikan masalah-masalah dalam cerita ini dengan suatu keadaan yang selalu kita temui dalam lingkungan masyarakat.sehingga kita berharap agar masyarakat pada umumnya dan pembaca pada khususnya untuk saling menyayangi,menghargai,serta saling membantu.

    sardi

    24 Desember 2011 at 13:58

  35. Bulan hujan? Ulang tahun anak? Kue tart mahal?

    Outbound

    25 Desember 2011 at 03:24

  36. Penyembunyian karakter “bocah” cukup menarik pembaca untuk trs membaca. Cerita ketika sum mdadak mendapat rejeki dr bpk ibu jentera cukup menggetarkan hati. Namun sayang penyampaian di akhir ceritanya kurang greget. Penggambaran siapa “bocah” itu sebenarnya, kurang mengena di kepala saya*ya mungkin krn saya msh sgt awam*.
    Tp overall bagus!!terutama buat pembelajaran saya dalam membuat tulisan..thanks

    ida silvia

    25 Desember 2011 at 03:26

  37. Ah, Bakdi Soemanto, sudah lama… dan indah sekali

    HeruLS

    25 Desember 2011 at 13:49

  38. Bagus. Hampir sempurna dalam menyembunyikan identitas si bocah. Namun saya menemukannya ditengah-tengah cerita.

    Beda Saja

    25 Desember 2011 at 15:58

  39. Ceritanya bagus, tentang perjuangan seorang wanita yang ingin memberikan hadia kue tart ulang tahun seorang anak pada saat natal, gaya bahasa pengarangnya mudah dipahami, dan memberikan makna tersendiri agar seseorang mau untuk berbagi dengan sesamanya. cerita yang menarik semoga dapat menginspirasi kita semua.

    FITA WULANDARI

    25 Desember 2011 at 17:18

  40. Cerpen yang istimewa, bener-benar hidup, dan nyata..tks pak Bakdi..

    andi sunardi

    26 Desember 2011 at 06:36

  41. Wah…..Natal !!!

    Toba

    28 Desember 2011 at 12:03

    • enak dibaca.

      asria ali

      31 Desember 2011 at 19:57

  42. cerpen ini menyejukkan hati, meestinya para pemimpin kita selalu berkaca pada rang orang kecil,yang jauh kdbih berwibawa menangkap kenyataan

    iqbal baraas

    1 Januari 2012 at 19:08

  43. sebenarnya siapa bocah itu? Tapi aku suka ceritanya, jadi terharu. TOP buat P Bakdi Soemanto …

    hanii

    2 Januari 2012 at 13:39

  44. Bahasanya sederhana, ceritanya sederhana, latarnya sederhana, sungguh tepat bagi bayi yang dilahirkan mengusungkan kerendahan hati. Sangat indah.

    bonny john rizaldi

    3 Januari 2012 at 08:15

  45. cerrtanya sangat menarik,perjuangan seorang wanita terhadap seorang bocah,meskipun dengan keadaan ekonomi yang sangat pas-pasan,akan tetapi tokoh yang berperan sebagai ibu sum ini pantang menyerah sampai akhirnya keinginannya ingin membahagiakan anak-anak pun terwujud,cerpen ini sangat bagus,penulis dapat menggambarkan kondisi ekonomi rakyat yang harus diperhatikan oleh pemerintah.

    Ranidewi

    3 Januari 2012 at 10:59

  46. Selamat tahun baru 2012——-Kompas,ditunggu cerpen berikutnya…..

    Richan

    3 Januari 2012 at 11:33

  47. serasa reaksi berantai dari bom atom perasaan yang meluluhlantakkan….GBU

    versatilevictory

    4 Januari 2012 at 08:21

  48. Suka dan senang sebuah cerita yg mengajari pengorbanan,memberi dari kekurangan,byk org memberi dari kelebihannya,pernahkah anda memberi dari kekurangan?

    Edi hermanto,S.Pd

    5 Januari 2012 at 11:08

  49. kalau pengen jadi penulis di kompas gimana? pengeeeen 😀

    anggiazainur

    6 Januari 2012 at 20:16

  50. koruptor memang kuenya tart tapi sebenarnya terbyuat dari aspal,beton,baja,batu dll BANTAAIIIIIIII KORUPTOR. Cerpen yg sangt menarik utk dibaca. gayus aja cuman dihukum 8 taun penjara hanya beda 3 taun dgn anak pencuri sandal jepit yg divonis cepat 5 taun KIAAAAAAAAAAAAAAAAAAAMAAAAAT…………..

    mumun

    8 Januari 2012 at 05:13

  51. Ceritanya buat sy terharu. . .
    Kekayaan tdk dilihat dari materi, tp dari kebahagiaan dan kedamaian hati

    Iant16

    8 Januari 2012 at 12:47

  52. cerpennya keren, kalau cerpen ini direalisassikan ke kehidupan nyata maka bangsa indonesia akan memiliki jiwa sosial yang tinggi. kami sebagai anak sosial sangat menghargai cerpen-cerpen seperti ini. seperti kita lihat di Indonesia jiwa sosialnya sedikit berkurang dengan adanya cerpen-cerpen seperti ini semoga menggugah hati pembacanya untuk meningkatkan jiwa sosial agar tidak ada lagi penderitaan yang tidak bisa diatasi. mari lahirkan kembali semangat sosial, gotong royong, dan tolong menolong

    kelompok 6 XI-IPS 2 SMASABO

    21 Januari 2012 at 11:20

  53. bnar-bnr mmbuat trharu …
    Jika Tuhan berkehendak maka TDK ADA SATU PUN
    MAKHLUK di dunia ini mampu MENGUBAHNYA

    INE

    25 Januari 2012 at 09:41

  54. Somyang Kapoyos… saya jatuh cinta dengan tokoh ini, hehe…
    Selebihnya, biasa saja, bahkan agak absurd, mungkin terpilih karena punya “sesuatu”: ketepatan dengan Hari Natal.

    berrybudiman

    14 Februari 2012 at 08:14

  55. yg menarik dari cerpen ini adalah penceritaannya yg sederhana tapi mengaduk2 emosi

    soal isinya, no comment, abstain!

    ray

    14 Februari 2012 at 12:26

  56. monyet apa yang suka baca cerpen ?

    i am numer 4

    14 Februari 2012 at 16:49

  57. cerita yang sangat bagus tentang keyakinan dan keteguhan alur emosi yang tertata dengan akhir yang sederhana.. ringan dan enak di baca.. salut!!!!!!!!!!!!!1

    morr

    4 April 2012 at 15:04

  58. Reblogged this on Puansari Siregar and commented:
    Sukaaaaaa sekali cerpen ini. Ah, jadi merindukan Natal.. 🙂

    Puansari Siregar

    30 Mei 2012 at 13:11

  59. Cerpen ini istimewa. Indah sekali cara penulisan dan isi ceritanya. Bikin saya nangis pada bagian akhirnya. Mengantar rasa penasaran sejak awal cerita, menenggelamkan emosi lambat2 hingga ke ujung. Salut utk Pak Bakdi. Semoga sehat, panjang umur, dan bahagia. Selamat sudah masuk cerpen pilihan 🙂

    vera

    8 Juli 2012 at 19:53

  60. SAYA SANGAT TERHARU SEKALI DENGAN CERINA INI…KEHADIRAN SEORANG IBU DALAM HIDUP INI MEMANG SANGAT ISTIMEWA..

    SUSAN

    22 Juni 2014 at 15:14

  61. PROMO BESAR-BESARAN OLIVIACLUB 100%….!!!!
    promo oliviaclub kali ini adalah promo deposit akan mendapatkan bonus chip sebesar nilai deposit yang disetorkan
    jadi untuk para pecinta poker oliviaclub yang sudah lama mendaftar ataupun yang baru melakukan register.. akan bisa mengikuti promo ini…

    SYARAT DAN KETENTUAN
    1.pemain dapat mengklaim bonus promo melalui live chat kami
    2.pemain yang mengikuti promo tidak akan bisa melakukan WD sebelum turnover/fee/pajak belum mencapai 30 x lipat dari angka deposit.
    3.minimal deposit untuk promo ini adalah Rp.50.000
    maximal deposit adalah Rp.200.000
    apabila ada pemain yang melakukan deposit diatas 200rb rupiah..
    hanya 200rb yang akan di hitung untuk mendapatkan bonus
    promo ini
    4. apabila pemain melakukan deposit sebanyak 50rb akan
    mendapatkan bonus 50rb.. dan apabila chip habis dan melakukan
    deposit 50rb lagi maka harus menunggu selama 6 jam terlebih
    dahulu sebelum dapat mengklaim bonus 100% dari
    angkadeposit..
    batas maksimal klaim bonus tetap max deposit 200rb per hari
    5. klaim bonus promo berlaku 1×12 jam..
    para pemain diharuskan mengklaim bonus sebelum bermain..jika
    ada pemain yang melakukan deposit dan bermain..
    baru setelah bermain mengklaim bonus..maka tidak akan dilayani
    6.PROMO OLIVIACLUB ini dapat berakhir sewaktu waktu tanpa
    pemberitahuan terlebih dahulu
    7.keputusan pihak OLIVIACLUB tidak dapat diganggu gugat dan
    mutlak

    CARA MENGKLAIM BONUS PROMO :
    1.setelah melakukan register dan deposit maka pemain harus melakukan login dan masuk ke menu memo,tulis subjek klaim voucher promo
    2.admin OLIVIACLUB akan segera membalas memo anda dan
    memberikan kode voucher.
    3.setelah menerima kode voucher silakan menuju menu deposit
    isi kan formulir deposit sebagaimana anda biasa melakukan deposit.
    setelah itu pada kolom keterangan di menu deposit silakan anda tuliskan kode voucher yang telah diberikan
    4.silakan gunakan jasa live chat kami untuk membantu anda dalam mengklaim bonus PROMO OLIVIACLUB

    WARNING….!!!!!
    apabila pemain belum melakukan deposit dan mencoba untuk mengklaim bonus.. maka id akan kami blokir/delete secara permanen.
    transfer chip tidak di perbolehkan dan akan di tindak tegas

    regallia soh

    11 Juli 2014 at 03:05

  62. Cerpen yang manis sekali. Menggelitik iman orang Kristen akan perlakuan kita menyikapi Natal. Sum, dengan segala miliknya, mengartikan kelahiran Kristus dengan begitu sederhana, begitu menyentuh. Di bagian lain dunia, banyak umat Kristen mengartikan Natal sebagai ritual semata. Padahal kelahiran Kristus adalah perlambang kesederhanaan yang di dalamnya kita terus berbagi.

    S

    16 Juli 2014 at 16:07

  63. […] B 1. Bukalah link dari Tart di Bulan Hujan 2. Analisislah unsur instrinsik cerpen tersebut […]

  64. Redwinbet Kini telah hadir dengar fitur Berbeda hanya dengan satu id anda bisa memainkan Semua game ..
    Game Yang Kami Sediakan Adalah : Sbobet , Ibcbet ,1scasino, dan Sabung Ayam, poker
    Buruan Gabung Bersama kami dan rasakan sensasi promo2 dahsyat yang kami adakan di bulan skrng dan kalian pastinya penasaran dengan promo yang kami adakan.. Mau Bonus Yang menarik di bulan Maret ini?
    Untuk Promo Edisi Maret Special Sebagai Berikut :
    -Bonus New Member 20%
    -Bonus Member lama 10%
    -Commision 0.25%
    -Bonus Rollingan Casino 0.7%
    -Bonus refferal sampai 10%
    -Bonus Cashback sampai 10%
    -Bonus Like & Shared IDR 10.000 Tanpa Syarat (Khusus Sportbook)
    Bonus Poker Di Bulan Desember ini :
    -Bonus cashback Deposit 10%
    -Bonus Referral up to 10% forever
    -Bonus Lucky Draw 5.000 s/d 1.500.000
    Global Jackpot hingga ratusan Juta setiap harinya
    Human Vs Human ( NO Robot!!!!)
    Ayo Buruan Daftar kan diri anda sekarang juga jangan sampai kehabisan promonya loh!!
    anda juga bisa daftarkan diri anda melalui :
    Livechat kami : redwinbet.com
    Line : redwinbet
    Whatsup : 08216661696
    BBM : 597BBB11

    siska

    13 Maret 2016 at 17:27

  65. Haru.. tapi haru yang membahagiakan. Sum dengan pikiran sederhana dan hati yang tulus.
    Keluarga yang indah.
    Terima kasih utuk cerita yang indah dan inspiratif.

    tianti1224

    15 Juni 2016 at 10:36

  66. Sangat menarik, menyentuh hati

    Dameria Sitanggang

    20 Oktober 2020 at 12:46


Tinggalkan Balasan ke mumun Batalkan balasan